Text
Bukan Permaisuri
Ni Komang Ariani termasuk sastrawan Indonesia generasi baru. Namanya baru muncul pada akhir dekade 2000-an. Enam belas cerita pendek dalam antologi ini ditulis dalam rentang waktu 2008-2012, masa yang cukup panjang untuk membuktikan bahwa ia tak sekadar lewat dalam langit sastra
Indonesia. Di tangan Ni Komang perempuan adalah model ekstrem yang bisa dilakonkan untuk menggugat sebuah kenyataan yang senantiasa tidak adil. Cerpen-cerpen yang ditulis dengan empati. Bercerita mengenai berbagai karakter yang ada di sekitar hidup kita, namun kadang luput dari perhatian; tentang perasaan-perasaan yang mewakili berbagai figur hidup, yang menjadi inspiratif dan menggugah hati saat dibaca. -COK SAWITRI, penulis.
Ungkapan-ungkapan prosaik Ni Komang Ariani tampaknya sengaja dirancang dengan sinisme khas perempuan biasa dalam menyikapi kompleksitas persoalan rumah tangga akibat empasan gelombang hedonisme yang semakin tak terelakkan. Menyelami kedalamannya seperti menapaktilasi petaka dan nestapa yang senantiasa menimpa ranah keseharian kita.. - DAMHURI MUHAMMAD, cerpenis dan editor sastra
Ni Komang Ariani lahir di Bali. 19 Mei 1978. Lulusan limu Komunskasi Universitas Airlangga, tahun 2003-2006 sebagai penyiar dan jurnalis di Global FM Bali dan KBR 68h Jakarta. Tahun 2008 menjadi Pemenang Pertama Lomba Menulis Cerita Bersambung Femina melalui noveletnya Nyanyi Sunyi Celah Tebing. Dua karyanya masuk dalam Cerpen Pilihan Kompas 2008 dan 2010. Kumpulan cerpen Lidah (2008) dan novel Senjakala (2010). Karya lainnya terhimpun dalam buku antologi cerpen yaitu Lobakan (2009) dan Si Murai dan Orang Gila. Pada 2011 novelnya. Senjakala, menjadi 10 Besar Khatulistiwa Literary Award .
Tidak tersedia versi lain