Arimbi mempunyai masa lalu yang cukup menyakitkan dengan beberapa temannya semasa SMA. Ia juga sering dipojokkan oleh orang tua dan keluarganya karena sudah umur hampir kepala tiga namun belum menikah. Arimbi juga bisa dibilang terlalu baik kepada orang-orang di dekatnya. Ia selalu berkata iya terhadap permintaan orang lain, tidak bisa berkata tidak. Akhirnya Arimbi memilih pindah kerja di Jakarta. Arimbi bekerja sebagai guru seni di SMA dan bekerja part time di kafe. Ia ditakdirkan bertemu dengan Bimasena.