Text
Dua Matahari : Rahasia Makam Keramat
Beni dan Ucup terus berjalan meniti batu-batu licin. Beberapa mata miseries masih mereka rasakan mengintai; sorot mata yang siap menerkam, siap menikam. Kabut melilit angin, bak selendang kematian milik penyihir. Angin kencang, bertiup menumbuhkan kengerian. Daun berdesir, dan ranting-ranting berderak. Sebuah simfoni yang aneh.
Tiba-tiba, titik-titik hitam bermunculan. Satu,dua,tiga.. seratus, seribu, dua ribu.. titik hitam itu menggumpal dan menyerbu kea rah keduanya. Semakin lama semakin besar. Bunyinya memekakkan telinga.
Ucup yang tahu bahaya segera bertindak. Sekali sentak, tubuh Beni terhempas ke tanah. Pada saat yang bersamaan, gumpalan hitam itu mendesing. Beni terlentang. Kameranya tergeletak di tanah. Nafasnya berkejaran. Ucup tertelungkup disebelahnya. Arus kelalawar yang Bagai air bah itu lewat hanya beberapa centimeter saja dari tubuh mereka.
Beni segera menoleh ke sisi barat. Tampak pohon besar tua yang daunnya kecil-kecil dan tak berbuah. Disanalah makam keramat itu berada.
Inilah kisah petualangan dua pemuda menelusuri Gua Kalong. Kali ini, mereka di hadapkan pada sebuah misteri mencekam tentang makam yang dikeramatkan banyak orang; tempat penyembahan dan memohon berkah.
Petualangan dua orang pemuda menyibak tirai khurafat dan kesyirikran yang melanda sebuah desa. Penuh ketegangan. Gola Gong menata kejutan demi kejutan dalam alur yang mendebarkan, dan kecemasan simultan.
Tidak tersedia versi lain