Text
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
“Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji-janji masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini. Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua. Sekarang, ketika dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya”
Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin, berkisah tentang kenangan dan cinta yang dialami oleh seorang gadis cantik dan pintar bernama Tania. Seperti sebuah lego yang disusun satu persatu hingga menjadi utuh, kisah dalam novel yang di tulis oleh Tere Liye ini sanggup menghanyutkan hati pembaca pada setiap potongan ceritanya. Ketika berumur 11 tahun, kerasnya kehidupan membuat Tania dan Dede—adik Tania—terpaksa mencari uang dengan mengamen dari satu bus kota ke bus yang lainnya, hal tersebut mereka lakukan demi menghidupi diri mereka dan sang ibu yang sakit-sakitan. Ayah Tania meninggal ketika Tania berumur 8 tahun.
Sejak saat itu pula kehidupan mereka yang pas-pasan berbalik menjadi serba kekurangan. Tania, Dede, dan Ibunya diusir dari rumah kontrakan lalu memutuskan untuk tinggal di rumah kardus dekat dengan sungai dan tempat pembuangan. Ketika Tania dan Dede sedang mengamen, tanpa sengaja Tania menginjak sebuah paku payung pada telapak kaki tanpa alasnya. Tania kecil mencoba menahan rasa sakit sementara adiknya hanya bisa panik tanpa tahu harus melakukan apa. Orang-orang dalam bus hanya melirik Tania yang kesakitan tanpa rasa iba. Ketika itulah, seorang pria muda datang menolong dan membalut kaki Tania dengan sapu tangan putih miliknya. Pria itu bernama Danar, malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk merubah kehidupan Tania, Dede, dan Ibunya. Lambat laun setelah beranjak dewasa, gadis itu akhirnya sadar bahwa perasaan lugu yang diam-diam tumbuh di hatinya sejak dulu bukanlah perasaan biasa selayaknya seorang adik kepada kakaknya. Danar menjadi pria yang membuka babak baru yang lebih baik dalam kehidupan Tania, juga menjadi cinta pertama baginya. Salahkah perasaan ini? Salahkah bila Tania menyukai seseorang itu, seseorang yang menjadi malaikat bagi keluarganya?
Tidak tersedia versi lain