Text
Sordam
Paltibonar Nadeak, adalah orang batak yang mencoba menjadi manusia kosmopolitan di tengah himpitan budaya batak yang masih melekat kuat dalam dirinya.
Setibanya di kota metropolitan Jakarta dia disambut dengan sikap yang mengecewakan dirinya mengingat sikap sosial di kampung halamannya yang sangat familiar. Bahkan kekecewaan pertama diterima dari saudara kandungnya sendiri.
Perjuangan hidup Paltibonar cukup ulet hingga berhasil menjadi seorang sarjana hukum. Sebagai praktisi hukum (lawyer) dia menemukan kekecewaan selanjutnya setelah menemukan adanya perdagangan hukum tanpa pertimbangan keadilan.
Pertemuannya dengan Beth dan Diandra memberikan kesan tersendiri bagi dirinya dan mencoba membedakan antara mencintai dan menyayangi.
Kesimpulannya mencintai Diandra diucapkan dengan menguraikan latar belakang kehidupan kaumnya di batak khususnya di Samosir. Respon Diandra cukup beda dengan para wanita pada umumnya. Dia mengakui mencintai Paltibonar sekaligus dengan Danaunya yang sangat dibanggakan.
“Bawalah aku ke Danaumu”, demikian ketegasan Diandra saat melihat keraguan Paltibonar untuk melanjutkan percintaan mereka karena hambatan budaya dan keluarga.
Perjalanan hidupnya cintanya penuh kegetiran karena keterikatannya pada kampung halaman, sanak saudara, dan terutama pada ibunya yang sepertinya menjadi sumber energi dan semangatnya. Ibunya bersikukuh bermenantukan putri Batak khususnya putri dari Samosir.
Pernikahan Diandra dengan pilihan orangtua membuat Paltibonar limbung dan kehilangan kebijaksanaan hingga bertemu Mary gadis Inggeris. Kebebasan Mary mengambil keputusan dalam hidupnya seolah membuat dia terhanyut dalam kebebasan yang bukan pilihan kebijaksanaannya sebelumnya.
Disinlah ditemukan kontradisksi dalam hidup Paltibonar, yang menghargai adat istiadat dan keinginan ibundanya justru menuai beban. Pernikahannya dengan Mary tanpa dihadiri keluarga, mengikuti Mary dengan semua kebebasannya menentukan pilihan.
Pupus akhirnya harapan Paltibonar dan ibunya setelah diceraikan Mary. Mary mengetahui penghianatannya dengan Diandra.
Muncullah perubahan sikap Paltibonar yang dulunya seperti batukarang. Dia meninggalkan karir cemerlangnya di Singapura dan ikut menceburkan diri dalam kegiatan politik menentang segala kebobrokan penyelenggaraan Negara. Dia menjadi korban peristiwa penyerbuaan markas partai yang disebutnya dipimpin seorang Ibu.
Kabar kematian Paltibonar diketahui dari seorang ‘Amanta Datu Parsordam’ dukun yang konon memiliki kemampuan supranatural untuk memanggil roh orang yang telah mati.
7. Kesimpulan
Sordam sudah jarang didengar. Namun melalui penelitian, melodinya sendu kadang menghilang dan mengayun dengan nada tinggi. Seandainya Paltibonar tetap hidup, dia akan mampu mengenang perjalanan hidupnya melalui melodi sordam. Sayang tidak ada lagi ditemukan di Toba yang mampu memainkan.
Membaca buku ini kita sebaiknya lebih dulu tau apa itu sordam dan perannya dalam seni musik batak.
Novel ini layak untuk dibaca oleh semua kalangan.
Tidak tersedia versi lain