Text
Lilin : Terang Itu Membuat Hidupku Gelap
Namaku Alena, ketika semua remaja seusiaku merayakan ulang tahunnya dengan orang-orang yang mereka sayangi, maka hal lain bagiku. Aku seorang diri merayakannya hanya bersama seonggok lilin dan alat pemantik di kamar. Cahaya lilinnya sungguh tidak bisa membuat hidupku benar-benar terang, seperti kamarku yang sebelumnya gelap.
Ini justru sebaliknya, cahaya lilin itu hanya membuat hidupku jadi terasa lebih gelap. Aku adalah anak yang lahir dari seorang wanita yang tidak dicintai ayah kandungku, begitu pula laki-laki alias ayahku itu juga tidak dicintai ibu kandungku. Jujur saja, aku sangat ingin seperti orang-orang kebanyak yang bahagia dengan kehidupan mereka.
Aku ingin sekali bisa merasakan kebahagian apa yang mereka rasakan dalam sebuah keluarga. Rasanya Aku ingin keluar dan menyaksikan kehidupan yang benar-benar memancarkan sinar kebahagiaan atas kasih sayang sebuah keluarga. Namun pada kenyataannya, dalam kehidupanku hal itu tidak bisa aku rasakan.
Aku hanya bisa terima dan selalu merasa kelelahan dengan semua yang ku alami ini. Penderitaan ini sudah aku rasakan selama bertahun-tahun, dan selalu membuat ku mengadu pada Tuhan.
Saat itu, Alena berjalan di sepanjang koridor sekolah menuju kelasnya. Disitu, semua orang yang Alena lewati sedang sibuk menyiapkan diri mengikuti upacara. Kemudian, Alena menyimpan tasnya dan mengambil topi menuju lapangan upacara. Tiba-tiba saja ada sebuah tangan melingkar di lengannya dan membuatnya cukup terkejut.
“Selamat ulang tahun Alena,”
Kata-kata itu membuat Alena tersenyum dan melihat siapa orang yang mengatakan itu.
“Makasih Caca,”
Natasha atau biasa dipanggil Caca adalah sahabat Alena sekaligus sepupu dari pihak keluarga ayah. Hanya Natasha saja lah yang benar-benar jadi sahabatnya sementara yang lain adalah teman biasa.
“Tumben muka lo kusut? apa gara-gara om Dimas yang masih sama seperti dulu yah?”
“Mungkin akan selamanya Ca, papa gak bakalan sudi nyamain gue seperti Nayla,” ucap Alena dengan raut wajah yang sendu
“Gue ini anak dari mama ya, bukan anak dari bunda kayak Nayla Ca. Bahkan mama kan juga sama seperti papa, lo pasti juga tau sendiri,”
“Lo berusaha lagi yah jangan putus asa, gue yakin om Dimas dan tante Sonya suatu saat bisa ubah sikapnya ke lo,” balas Caca dengan nada yang menyemangati Alena.
“Gue berdoa secepatnya hari itu datang Ca,”
“Aamiin makanya senyum dong, masih pagi jangan cemberut nanti Devan gak suka lagi sama lo,” ujar Caca tertawa kecil sambil menggandeng tangan Alena menuju ke lapangan upacara.
Alena kemudian mengikuti upacara dengan tenang bersama Natasha yang berada tepat di sampingnya. Tak berselang lama, saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan, tiba-tiba kepala Alena terasa sangat pusing. Dengan mengernyit muka dan berusaha bertahan, tetapi sebuah cairan kental berwarna merah tidak bisa ditahan keluar dari hidungnya. Sontak suara pekikan Caca keluar.
“ALENA!”
Alena langsung ambruk di tengah upacara yang sedang berlangsung dan hal tersebut mengundang banyak perhatian dari orang-orang di lapangan saat itu. Tiba-tiba ada seorang cowok langsung menggendong tubuh Alena yang kurus itu menuju ke UKS.
Tidak tersedia versi lain